Jumat, 10 Maret 2017

Unspoken Words

cari yg romantis dan gombal itu gampang, yang susah itu cari yg peduli dan peka
banyak kata yg sulit di ucapkan karena hanya terdengar sebagai keluhan
lama tertahan agar tak menjadi bahan keributan
namun di bicarakan pun tak temukan jalan
ego masih terlalu besar, lebih baik mengalah daripada gila tapi bukan menyerah
sulit menahan ego jika pikiran masih terlalu kuno
masih beranggapan bahwa kodrat wanita sebagai pelayan rumah tangga
lelah di rasa dan hampa jika membayangkan berapa banyak kenyamanan yg di tinggalkan
lagi2 akan di anggap tak bersyukur karena masih membahas yg lalu
lagi2 akan di anggap tak ikhlas karena masih mengeluh
nyatanya dahulu aku mendapat kenyamanan pun bukan sesuatu yang instan
kenyamanan yg kupunya adalah hasil keringat sendiri dan begitu saja kutinggalkan demi mendapat restu dan ridho pemilik surgaku
hanya ingin di pahami tanpa banyak bicara
jika cukup paham maka tak perlu mendengar lagi dari ucapan bahwa begitu banyak kelelahan yg kurasakan, berapa banyak sakit yang kualami,,
keluargaku tak mengajarkan banyak berkeluh kesah, jangan lah paksa untuk bicara, kami terbiasa menelan pahit sendiri, bagaimana jika kumenuntut balik agar lebih peka dan lebih aktif bertindak tanpa banyak bicara, mengapa aku yang harus memahami bahwa tak semua orang mempunyai pola pikir yang sama denganku sedangkan banyak orang yang ingin ku berubah untuk memahami dan menjadi seperti mereka,, jangan salahkan ku banyak merenungi hidup, karena akulah yang masuk ke hidupmu, bukan sebaliknya,, jangan salahkan pula ku banyak berandai andai, selama aku tak menuntut apapun darimu selain pengertian,, kelak aku tak ingin sampai pada satu titik menuntutmu untuk menjadi seperti ayahku karena ku tahu kau takkan bisa, siapapun takkan bisa, ayahku terlalu sempurna, kesabarannya tiada tara, mulutnya terjaga dan juga lapang dada,,
pahamilah bahwa aku bukanlah orang yang mudah menyalahkan orang lain jika tak ada pemicunya,,
jika kau merasa aku tak pernah mendengar ucapan atau keluhanmu maka pahamilah bahwa kaupun begitu namun dengan tabiatmu yang selalu mengelak maka kembali aku yang salah.
aku tak akan mengeluhkan lelahku jika saja kau mendengarkan. apapun yang kuucapkan kuusahakan untuk kebaikan bersama. kau adalah pendampingku, pendukungku, penyemangatku, bukan anakku. tak perlu banyak bicara janji darimu, cukup buktikan, aku tak minta harta, atau kehidupan yang serba layak. apa yang kuminta sungguh sederhana. aku hanya minta dengarkan aku saat ku bicara, jika ku sudah tak mau bicara artinya aku lelah karena kau tak mendengar. aku lebih senang bicara dengan diriku sendiri. jika kau saja tak bisa mengurus dirimu sendiri bagaimana kelak jika ku lebih dulu tak berdaya darimu. jika kau mendengar ku berandai seperti ini pasti lagi2 kau akan mengelak bahwa kau akan berubah. kadang aku selalu berfikir mungkin kau tak siap dengan hidupmu sekarang yang seperti ini. mungkin tingkat kedewasaanmu belum cukup untuk tanggung jawab sebesar ini. ah seandainya saja sebaliknya, aku yg bertanggung jawab atas dirimu. tapi lagi lagi kudukung niat baikmu untuk terus belajar dewasa. maka jadilah dewasa. dewasa bukan berarti kaku dan serius, kuyakin kau paham itu. tapi jika bukan kau yang merangkulku, siapa lagi? siapa lagi yang menguatkanku setiap aku terpuruk, kelelahan, kehilangan percaya diriku. sementara diriku selalu membayangkan andai kau tak mengambil tanggung jawab besar ini mungkin kau masih bisa menikmati hidupmu, masa mudamu, jerih payahmu. ah kadang pun aku hanya merasa menyusahkan hidupmu. maafkan jika aku hanya bisa jadi benalu yang selalu mengeluh dan mudah mengecewakanmu. sekali lagi harap maklumi semua tak mudah untukku.

-yudith p. munarno, 26th-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar