Sabtu, 25 April 2020

PMI

Kali ini bukan mau berpuitis ria.
Cuma mau menjabarkan apa yg gw rasa saat ini.

Gw pernah tumbuh menjadi manusia kecil dan dewasa yang bebas.
Tapi di sela sela moment itu gw tumbuh di bawah didikan yang super disiplin.
Dengan rutinitas yang hampir sama setiap hari ga akan bisa bikin gw bosen, justru bikin gw nyaman.

Kelemahan dari cara didik ini adalah ketika gw mengalami rutinitas yang ga semestinya dalam waktu yang berulang ulang, gw bakal stress. And please jangan judge ini sebagai sugesti semata. Bosen di bilang apa2 cuma sugesti gw aja.

Setelah waktu berjalan akhirnya gw menikah dan hal pertama yang jadi PR dan bahan berantem adalah karena gw menikah dengan orang yg beda banget dalam masalah ini. Orang yang bisa hidup dengan prinsip ikutin aja kemana aliran sungai bawa tai mengambang.

Fortunately, dengan segala cara sinkronisasi, akhirnya kita mulai punya rutinitas as a family. I really appreciate how he appreciate me.

Ini baru cerita menyatukan visi dan misi 2 kepala yang ketemu gede dan sudah mengalami pendalaman selama 7 th.
Sekarang ada cerita baru bagaimana menyatukan visi misi banyak kepala sekaligus tapi lu ga punya power apa2 dan belum pernah ada pendalaman yang berarti.
Lucky me, 2 kepala di dalamnya, adek2 gw sangat bisa di ajak bekerja sama untuk  memahami rutinitas kami.

Tapi cobaan sesungguhnya adalah menghadapi tuan rumah yang punya prinsip istana gw ya aturan gw. We build our castle and you have to follow the rules. Ini sangat sangat sangat make sense and i can't deny. But please, my children is my home, my castle, so they running with their parents rule, like you both did to your children.

3 th bukan waktu yang singkat dan mudah, di tambah 16 bulan terakhir yang terberat. Kami membentuk anak2 kami untuk disiplin bukan agar kami menjadi superior terhadap mereka, tapi agar mereka bisa mengatur diri mereka sendiri kelak ketika kami orang tuanya sudah mati.

Gw ga dalam posisi bisa menyalahkan siapapun, gw cuma butuh waktu untuk memikirkan win win solution. The Royals happy, the parents happy, terutama the kids happy. Percayalah ga ada anak yang bahagia ketika mereka tau orang tuanya tidak bahagia. Can you see the domino effects?


So, gw udh memikirkan beberapa cara, tapi gw ga mengutamakan kebahagiaan kami orang tuanya. Gw fokus ke anak2 dulu. Mereka happy, biarlah gw pura2 happy.
Sekarang gw lg menjalankan cara pertama, yaitu deportasi. Gw akan kasih kesempatan mereka mendidik dan mengurus salah satunya dengan cara apapun terserah mereka, ketika ada perubahan perilaku si anak, maka gw ga tanggung jawab.
Berat? Bangeeeeeeeeeeetttttttttttt. Liat anak lu makan jam stengah 4 pagi dan ga tidur lagi, gw udh bisa bayangin gimana efeknya sampe beberapa hari ke depan.
But sacrifices have to be done.

Biarlah beberapa hari ini kepala gw kenceng dan insomnia. I have to solve this riddle. Kesehatan fisik gw bukan yang utama, tapi kesehatan psikis gw.

-Yudith.P.Munarno, 30 th-